Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
1.3.12 | Kamis, Maret 01, 2012 | 0 Comments

Bedo Crito Bedo Roso


Alkisah..


Ketika sedang mengikatkan tali sepatu selepas shalat Ashar di teras Masjid kantor, seorang rekan wanita yang duduk di samping saya tiba-tiba bercerita tentang dua orang pria.

Cerita itu bukan hanya ditujukan kepada saya saja tetapi kepada kita, baik pria maupun wanita yang hadir di tempat itu. Ceritanya begini. Ada dua orang pria, sebutlah Fulan dan Bedu.


Fulan mempunyai seorang istri sedangkan Bedu mempunyai empat orang istri. Ketika meninggal dunia, keduanya menghadapi hari perhitungan (hisab), pendek cerita sang Malaikat atas izin-Nya menetapkan bahwa Fulan masuk Neraka dan Bedu masuk Syurga.

Kontan si Fulan protes kepada sang malaikat, seraya berkata.

"Wahai Malaikat,bagaimana mungkin Bedu bisa masuk syurga yang beristri empat, sedangkan aku hanya memiliki istri satu?". Dengan tenang sang Malaikat menjawab, "Hai Fulan engkau beristri satu karena kau `Takut kepada istrimu'. Sedangkan Bedu, beristri empat karena ia `Takut kepada Allah SWT'".

Kami yang hadir hanya bisa tersenyum simpul, dan cerita itu cukup mengena hati kita yang hadir di situ. Saya yakin bukan maksud rekan wanita itu untuk mendorong para pria beristri lebih dari satu. Namun ada pesan moral yang hendak disampaikannya. Pelajaran yang bisa diambil adalah, banyak manusia lebih peduli kepada omongan dan penilaian sesama manusia dari pada ketaatannya kepada Allah SWT, sehingga tidak jarang mereka memoles diri untuk tampil baik, walaupun senyatanya tidak demikian.



Takut kepada Allah SWT adalah bentuk kesadaran ikhsan yang dimiliki seseorang, karena Dia selalu mengawasi dan menatap setiap langkahnya (QS. Al Israa', 17:96) bahkan Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati (QS. Hud, 11:5).

Oleh karena itu, mereka yang takut kepada-Nya merupakan bentuk ketertundukkan dan ketaatan atas firman-Nya yang berbunyi,

"… janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah, 2:150).



Ketika seseorang dihadapkan pada pilihan untuk melakukan perbedaan, maka tidak semua orang mendukungnya. Dibutuhkan keberanian dan nyali untuk bisa tampil beda. Misalnya, ketika orang lain membuat kuitansi palsu untuk menutupi pembelian fiktif demi keuntungan pribadi, maka orang yang berbeda tidak akan melakukannya. Atau ketika seseorang memintanya harus me-mark-up harga yang merugikan kantornya, maka orang yang berbeda akan menolaknya.

Ia tidak tergiur dengan banyaknya rupiah yang didapat, karena keyakinan dan kesadaran ikhsannya telah menuntun bahwa perilaku yang demikian sangat tidak terpuji. Self-motivation yang dimiliki cukup efektif untuk berbeda dalam arti membuat sesuatu yang baik.



Saat lingkungan sudah demikian parah dengan pelanggaran aturan dan moralitas demikian merajalela, terkadang upaya untuk tampil beda kerap dianggap sebagaisesuatu yang tidak normal. Jika kita kembalikan kepada hakikat hidup kita, pertanyaannya adalah apakah kita hendakmemperturutkan keinginan manusia atau Sang Khalik?.

Jika seseorang membawa dan memberikan bantuan senilai jutaan rupiahuntuk disumbangkan kepada panitia pembangunan balai olah raga di kampungnya, padahal kehalalan uang tersebut masih tanda tanya (subhat), lalu mereka menerima dan mengganggapnya sah-sah saja. Apakah tindakan menyenangkan manusia itu bisa dibenarkan?.

Bukankah sikap wara' (hati-hati) lebih diutamakan?.

Namun ada juga tampil berbeda yang bermakna sebaliknya. Tidak sedikit manusia yang hidup memakai topeng, penghasilan tidak lebih dari gaji seorang kondektur, tetapi gaya hidup ala direktur. Ia memang bisa tampil beda, tetapi bedanya malah membawa kemudharatan.

Karena, sebenarnya ia tidak mampu tampil apa adanya, sehingga dibutuhkan pertahanan diri untuk menutupi kekurangan tersebut, yang lambat laun belangnya pasti akan ketahuan.




Jujur adalah kata kuncinya. Ia tidak membutuhkan energi lebih untuk terus menerus menutupi kekurangannya. Sekali memakai topeng maka selamanya akan dibutuhkan topeng-topeng lain. Satu kebohongan akan ditutupi dengan kebohongan lain, demikian seterusnya. Bila hal tersebut belangsung lama, maka tanpa disadari sebenarnya ia sedang menggerogoti penghargaan atas dirinya sendiri. Ia telah menafikkan dan kufur atas pemberian-Nya, padahal itu adalah karunia yang tak ternilai harganya.


Senyatanya, kini banyak manusia yang lebih takut dihinakan oleh sesama manusia daripada mulia di hadapan-Nya. Tidak sedikit bantuan sosial yang tidak sampai ke tangan mereka yang berhak menerima, karena menguap di tengah jalan. Bahkan seseorang yang menjadi tahanan titipan pengadilan, bisa keluar bebas karena praktik transaksional antara kedua belah pihak, oknum dan pesakitan.


Padahal Allah SWT telah menjadikan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya makhluk, dan memberikannya kesempatan untuk hidup. Bahwa ada mereka yang dilebihkan atau disempitkan,itu hanyalah cara-Nya menguji satu manusia dengan manusia lainnya. Namun di balik kesempatan itu, bukan syukur yang dilakukan namun malah sebaliknya. Sehingga tidak mengherankan bila merekapada saatnya nanti akan dihinakan ke tempat yang serendah-rendahnya.


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At Tiin, 95:4-6).


Meminjam syair D'Masiv (reff) dalam lagu, `Jangan Menyerah', Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik. Mudah-mudahan pesan ini bisa mengingatkan penulis maupun kita semua, bahwa tampil beda sepanjang di jalan-Nya bukan sesuatu yang harus ditakuti, apalagi merasa menjadi terasing diantara manusia, karena manusia hanyalah makhluk, sedangkan Dia adalah Hakim yang seadil-adilnya. Semoga kita tergolonghamba-hamba-Nya yang mau dan berani tampil beda untuk setiap kebaikan yang diridhoi-Nya. Amin..



0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar