Esok harinya, Raja memerintahkan sang Koki kembali untuk membuat masakan tak Enak sedunia. Tak berapa lama, sang koki datang dan mempersembahkan apa yang diminta raja. Raja mencicipinya dan serta merta wajahnya merah padam menandakan betapa memualkannya masakan ini.
Syahdan, seorang Raja memerintahkan Koki Istana membuat masakan Terenak di dunia. Tak Berapa lama, sang koki datang menghadap mempersembahkan apa yang raja minta, sup lidah sapi. Kemudian Raja mencicipi dan wajahnya merah cerah menandakan betapa suka citanya menikmati persembahan tiada tara.
"Hah, lidah sapi juga!" Raja merasa kaget, lalu memanggil dan bertanya pada sang koki apa maksud dari semua ini.
"Wahai tuanku, Raja yang arif dan bijaksana. Lidah adalah masakan yang paling enak sedunia. Tentu tuanku tahu, dengan lidah berbagai kebaikan yang indahdapat terlukiskan. Kebaikan dan ketentraman dapat lahir melaluinya. Kekuatan dan kedamaian dapat terwujud melalui ketajamannya. Semua akan terasa nikmat dengan lidah." demikian awal penjelasannya."Duhai tuanku, anda pun tentu tahu, lidah awal dari kepahitan dan bencana. Kebaikan dan ketulusan dapat diputarbalikkan dengan kemahiran lidah. Penjara dan siksa menjadi balasan atas kemuliaan diri dan keutamaan amal. Dendam dan perseteruan pecah karena kelihaiannya. Apakah lagi yang paling tidak lezat selain lidah?
"Sang Raja tertegun, tanpa terasa meleleh butiran air mata bening dari kelopak mata.Lidah dan kata yang dilahirkannya bak pedang bermata dua. Ia adalah sarana menuju kemuliaan sekaligus mesin penghancur segala tatanan kebaikan. Tinggal bagaimana sang koki (pemilik) lidahmeraciknya, apakah mau meraciknya menjadi masakan yang terenak sedunia atau sebaliknya.
(Diambil dari sebuah millis dengan tidak mengurangi maknanya)
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar