Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
30.11.11 | Rabu, November 30, 2011 | 0 Comments

hindari memuja jejaringan sosial


DI tengah kemacetan Jakarta saat jam pulang kerja, pasangan Rio dan Yasmin tampak menyibukkan diri masing-masing di dalam mobil. Rio bolak-balik mengganti saluran radio, sedangkan Yasmin berkutat dengan ponselnya memandangi tampilan Facebook.
Sekian menit berlalu, keduanya masih tak bercakap satu sama lain. Sejurus kemudian, Yasmin ‘pindah haluan’ dan ia senyum-senyum sendiri membaca timeline Twitter miliknya.
Lalu dia berkata, “Eh Pa, kayaknya di depan kita putar balik aja! Katanya ada perbaikan jalan”.
“Ah masa?” tukas Rio.
“Ini barusan update dari info jalan!” Yasmin menyodorkan ponsel.
Memang, social media semakin akrab dalam keseharian kita. Sebut saja Facebook (FB) -jejaring sosial – yang lebih unggul dalam menyimpan sederet album foto milik kita. Atau Twitter -micro blogging- yang dari segi kepraktisan lebih ‘jagoan’ dibanding FB. Dalam hitungan detik, sederet informasi singkat bisa didapatkan dengan mudah.
Seperti yang dialami pasangan di atas, Yasmin dengan cepat menemukan alasan di balik kemacetan parah yang mereka alami. Di sisi lain, Rio yang menyetir mobil pun bisa segera mengambil keputusan untuk mencari jalur alternatif.
Namun, Pernahkah Moms and Dads sadari, meski berdekatan (dalam mobil) -bahkan di ruang keluarga, kamar tidur, ruang makan, atau restoran- mereka sibuk dengan ponsel masing-masing?
Berapa menit atau jam yang terbuang percuma tanpa percakapan berkualitas suami-istri?
Tanpa bermaksud ‘mengharamkan’ social media tersebut, yuk ikuti ulasan Angela Yohana M.K, M.Psi, Psikolog dari Griya Palastri Consulting berikut:
Plus: sosialisasi + informasi + promosi
Setelah menikah dan punya anak, waktu berkumpul bersama teman-teman mungkin tak sebebas saat Anda masih lajang. Nah, social media seperti FB dan Twitter seolah mendekatkan kembali sejumlah teman yang sekian lama tak pernah bertemu. Selain media reuni, bisa dimanfaatkan pula sebagai media promosi untuk berjualan.
Minus: salah paham
Dalam social media, STATUS kerap menjadi topik utama. Ya, lewat sederet kata-kata, Moms or Dads bisa menulis sesuatu yang menarik perhatian pasangan atau orang lain yang membaca.
Status bisa menggambarkan curahan hati (curhat) yang tengah dialami. Misal seorang Moms menulis status, “Pagi-pagi sudah pasang muka cemberut. Sarapan jadi enggak nikmat deh!”
Sebenarnya status ditujukan kepada sang suami, namun apa daya Dad tak menyadari. Setibanya di kantor, Dad malah disibukkan dengan pekerjaan. Alhasil Mom yang berharap statusnya dibaca atau bahkan dikomentari hanya bisa gigit jari.
Lain halnya bila sejak pagi Moms mengatakan secara langsung mengenai apa yang dirasakan. Tentu Mom langsung mendapatkan respons serta penjelasan dari Dad, salah paham pun bisa dihindari.
Utamakan komunikasi langsung
Menurut beberapa ahli, pertemuan tatap muka terlebih saat menyampaikan pesan memiliki efek ebih positif pada tubuh. Reaksi tubuh baik secara biologis (hormonal) maupun psikologis (ekspresi wajah) mendorong orang untuk berinteraksi secara positif satu sama lain dibandingkan lewat media elektronik yang sangat terbatas.
Demikian halnya dengan anak-anak, komunikasi yang hanya dijalin melalui media elektronik akan menurunkan kemampuan sosial dan mengurangi sensitivitas anak ketika berinteraksi dengan orang lain.
Suatu hubungan akan menjadi hambar ketika hanya dilakukan lewat media elektronik. Jika Moms and Dads makin terbiasa memahami situasi hubungan lewat fb atau twitter, ujung-ujungnya akan terjadi ketergantungan pada media tersebut. Akibatnya menurunkan kemampuan sosial Moms and Dads serta berdampak negatif pada kualitas hubungan satu sama lain.
Bijak manfaatkan teknologi
Nah kalau sudah begini muncul pertanyaan: mengapa kita musti mengumbar uneg-uneg atau curhat yang bersifat pribadi ke media terbuka seperti FB atau Twitter? Bukankah menceritakan uneg-uneg kepada orang yang tidak tepat bisa menimbulkan masalah baru?
Selain itu, tanpa disadari siapapun bisa membaca status kita, artinya sangat mudah bagi orang lain untuk mengetahui situasi dan kondisi kita. Ini bisa menjadi bumerang yang sangat berbahaya bagi keamanan dan kenyamanan diri maupun relasi dengan pasangan.
Oleh karenanya, BIJAK memanfaatkan social media di era digital harus dilakukan agar tidak menimbulkan masalah baru dalam rumah tangga Anda. (Sumber: Mom&Kiddie)

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar