Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
16.8.11 | Selasa, Agustus 16, 2011 | 0 Comments

shabirin & syakirin

Setiap orang yang menjalankan puasa layak disebut dengan shabirin dan syakirin.Dikatakan shabirin, karena mampu menahan diri dari segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Sedangkan disebut sebagai syakirin karena merasa bahagia saat berbuka puasa. Bahkan, untuk menjelaskan bahwa orang yang berpuasa itu selalu masuk kategori syakirin, Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua kegembiraan yang dirasakan oleh orang yang berpuasa, gembira saat berbuka puasa dan gembira saat bertemu dengan Tuhannya.



”Sekalipun semua orang yang berpuasa dariterbit fajar hingga terbenam matahari dikatakan syakirin, tapi tidak semua dikatakan shabirin. Karena untuk tingkat shabirin itu bermacam-macam. Ada yang dikategorikan sebagai shabirin dikarena mampu menahan diri dari segala yang membatalkan puasa saja. Ada yang disebut shabirin lantaran mampu menahan diri dari yang membatalkan serta menjaga anggota tubuhnya untuk berpuasa dari berbuat zhalim. Ada yang disebut shabirin disebabkan mampu menahan diri dari yang membatalkan puasa, membatalkan pahala puasa, serta tak luput mengajak hatinya juga untuk berpuasa.Manakah yang bisa meraih sukses puasa yang gemilang ? Sudah tentu, orang yang menjalankan puasa dengan menahan diri dari yang membatalkan ibadah puasa, membatalkan pahala puasa, dan mengajakhatinya juga untuk berpuasa. Inilah yang diterangkan Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 183, ”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa seperti orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”


Terungkaplah bahwa orang-orang sebelumkita menjadi manusia bertakwa dikarena mampu menjalankan puasa bukan hanya sekedar melakukan ritual, tapi juga untuk meraih kesuksesan. Ya, kesuksesan meraihpredikat taqwa. Taqwa adalah melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Konkritnya, jika ingin menjadi orang yang berpuasa dengan memiliki gelar taqwa, kita harus bisa menahan diri dari segala yang dapat menghilangkan derajat takwa.


Jika telah sukses meraih takwa, Allah pun mengkategorikannya sebagai orang yang bersyukur. Karena tidak mungkin orang yang bertakwa tidak mampu bersyukur. Hal ini terekam dalam surat Al-Baqarah 184, “... agar kamu bersyukur.” Karena syukur adalah salah satu syarat agar menjadi manusia yang bertakwa, manusia yang meraih sukses gemilang di sisi Allah.


Jika dilakukan analisis, untuk menjadi orang yang sukses juga harus bersabar dan bersyukur. Dengan kesabaran apa yang dicita-citakan akan tercapai. Dengan kesyukuran kita mampu mengekspresikan bahwa inilah karunia Allah yang harus dinikmati. Bukankah Allah telah berjanji, “Jika kamu bersyukur, maka akan aku tambah. Dan jika kamu kufur, maka azab-Ku sangat pedih.”Bagaimanakah caranya bersyukur kepada Allah agar meraih kesuksesan yang gemilang? Dengan mengutip ungkapan Jamil Azzaini dalam bukunya “Menyemai Impian, Meraih Sukses Mulia”. Jamil menulis bahwa dalam kehidupan di dunia, kita memiliki dua “lingkaran”. “Lingkaran pertama” adalah lingkaran yang menguasai kita. Pada lingkaran ini kita tidak punya andil atau peran sedikit pun. Semua sudah “given” (diberi). Contohnya, kita tidak bisa memilih siapa orangtua kita, bentuk wajah kita, buta sejak lahir, warna kulit juga rambut kita.


“Lingkaran kedua” adalah lingkaran yang kita kuasai. Kitalah yang menentukan ke mana kita pergi atau memilih makanan yang kita senangi. “Lingkaran” ini juga, tulis Jamil, menjaga kita untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan milik kita. Dengan “lingkaran” ini kita bisa memilih pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani kita, atau sebaliknya.Jika diperhatikan, pada “lingkaran pertama” kita dituntut memiliki sifat sabar dan pada “lingkaran kedua” kita dituntut untuk bersikap syukur. Yaitu dengan cara mengoptimalkan semua potensi yang kita miliki untuk menebar kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Artinya, kita harus mampu mengubah hidup menjadi makin baik dengan apa yang diberikan Allah.


Seperti kisah He Ah Lee yang mampu memanfaatkan potensi dirinya sekalipun dari segi fisik ia tidak seperti manusia biasa. Namun, kesyukurannya itu mampu menghantarkannya menjadi pianis terkenal dan memberikan kebaikan kepada orang lain dengan keindahan petikan piano yang dimainkannya.


Dapat dikatakan, kita tidak boleh mengeluhdengan apa yang diberikan Allah, tapi kita harus merubahnya menjadi salah satu cara meraih kesuksesan. Cacat fisik bukanlah jadi penghalang membuat kita harus menjadi orang yang tangannya berada di bawah. Karena sudah dapat dipastikan bahwa kita juga masih memiliki fisik-fisik yang lain dan mampu menghantarkan kita menjadi sukses. Inilahyang dikatakan syukur.


Karena itu, sangat tepat Allah menjadikan puasa sebagai refleksi untuk meraih sukses gemilang. Kita dituntut untuk bersabar dan bersyukur dalam menjalankan ibadah puasa. Ingin sukses di dunia, kita juga dituntut bersabar dan bersyukur dengan memanfaatkan potensi yang kita miliki. Mari kita bangun pondasi sukses dengan sabar dan syukur!

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar