Suatu malam, Nasrudin Hoja kehilangan sebuah benda. Benda yang menurutnya sangat berharga itu tak lain adalah jarum tangan. Tanpa jarum tangan, Nasrudin tidak bisa melakukan pekerjaan favoritnya,menyulam. Hal itu membuatnya manyun sepanjang malam.
Pagi buta, dirinya memutuskan untuk mencari si jarum tangan. Dia mencari dengan penuh harap di depan pekarangan rumah mungilnya.
Menjelang siang, jarum itu belum juga ditemukan. Sampai akhirnya, seorang tetangga bersimpati kepadanya. Tetangga yang baik hati itu menghampiri Nasrudin dan bertanya,"Nasrudin, apa yang sedang kau cari?" Nasrudin menjawab, "Aku sedang mencari jarum tanganku, jarum satu-satunya yang aku punya itu hilang, dan sampai sekarang aku belum bisa menemukannya." Mendengar jawaban Nasrudin, sang tetangga menjadi iba, "Baiklah, aku akan membantumu mencari jarum tangan itu," katanya.
Akhirnya, mereka berdua mencari si jarum. Tetapi hingga menjelang sore, benda mungil itu belum juga ditemukan. Dengan peluh di sekujur ubun-ubun, sang tetangga bertanya kepada Nasrudin,
"Sebenarnya di mana kau kehilangan jarummu itu? Sudah seharian kita mencari,tapi belum juga menemukannya." Tanpa berdosa, Nasrudin menjawab, "Aku kehilangan jarumku di dalam rumah." Dengan muka memerah, sang tetangga menimpali, "Lalu kita mencarinya di pekarangan?" Nasrudin menyahut dengan polosnya, "Ya, karena di dalam rumah gelap, jadi aku mencarinya di luar."Itulah Nasrudin, dia kehilangan sesuatu di dalam rumah, namun malah mencarinya di pekarangan. Konyol bukan? Bisa jadi, kita juga pernah bahkan sedang melakukan kekonyolan yang sama dengan Nasrusin. Kita sering kehilangan sesuatu dari dalam diri kita sendiri, namun justru mencari "ganti" dari luar. Kehilangan motivasi, percaya diri, dan kebahagiaan dari dalam diri sendiri, tetapi justru meminta lingkungan "menyelamatkan" kita.
Pagi buta, dirinya memutuskan untuk mencari si jarum tangan. Dia mencari dengan penuh harap di depan pekarangan rumah mungilnya.
Menjelang siang, jarum itu belum juga ditemukan. Sampai akhirnya, seorang tetangga bersimpati kepadanya. Tetangga yang baik hati itu menghampiri Nasrudin dan bertanya,"Nasrudin, apa yang sedang kau cari?" Nasrudin menjawab, "Aku sedang mencari jarum tanganku, jarum satu-satunya yang aku punya itu hilang, dan sampai sekarang aku belum bisa menemukannya." Mendengar jawaban Nasrudin, sang tetangga menjadi iba, "Baiklah, aku akan membantumu mencari jarum tangan itu," katanya.
Akhirnya, mereka berdua mencari si jarum. Tetapi hingga menjelang sore, benda mungil itu belum juga ditemukan. Dengan peluh di sekujur ubun-ubun, sang tetangga bertanya kepada Nasrudin,
"Sebenarnya di mana kau kehilangan jarummu itu? Sudah seharian kita mencari,tapi belum juga menemukannya." Tanpa berdosa, Nasrudin menjawab, "Aku kehilangan jarumku di dalam rumah." Dengan muka memerah, sang tetangga menimpali, "Lalu kita mencarinya di pekarangan?" Nasrudin menyahut dengan polosnya, "Ya, karena di dalam rumah gelap, jadi aku mencarinya di luar."Itulah Nasrudin, dia kehilangan sesuatu di dalam rumah, namun malah mencarinya di pekarangan. Konyol bukan? Bisa jadi, kita juga pernah bahkan sedang melakukan kekonyolan yang sama dengan Nasrusin. Kita sering kehilangan sesuatu dari dalam diri kita sendiri, namun justru mencari "ganti" dari luar. Kehilangan motivasi, percaya diri, dan kebahagiaan dari dalam diri sendiri, tetapi justru meminta lingkungan "menyelamatkan" kita.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar