Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
2.5.11 | Senin, Mei 02, 2011 | 0 Comments

kemulyaan ajaran alkarim

Allah Ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآَنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُوراً
‘Dan sesungguhnya Kami telah menerangkan berulang-ulang dalam Al Qur’an ini supaya mereka mengambil nasihat. Dan tidaklah Al Quran itu menambah bagi mereka, kecuali kebencian.’ (Q.S. 17 / Bani Israil : 42).


Dan kemudian beliau menilawatkan ayat ini:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَاراً
‘Dan Kami (berangsur-angsur) turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; tetapi tidaklah itu menambah kepada orang-orang yang aniaya melainkan kerugian.’ (Q.S. 17 / Bani Israil : 83).

Saat ini, tengah mencuat lagi kebencian dan keaniayaan dari pihak penentang Islam terhadap agama Islam, terhadap Al Qur’an Karim, dan juga terhadap Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw. Dilaporkan baru-baru ini, bahwa di sejumlah negara Muslim telah terjadi beberapa reaksi unjuk rasa yang berlebihan atas perbuatan seorang Pendeta Kristen di Amerika yang bermental buruk, yang pernah melecehkan Al Quran Karim pada bulan September 2010, yakni sesumbar akan membakarnya, namun urung disebabkan banyaknya tekanan terhadap dirinya. Akan tetapi, dua hari yang lalu ia melakukan juga niat buruknya itu. Ia terlebih dahulu melakukan pembenaran langkahnya tersebut dengan menyelenggarakan suatu pengadilan jadi-jadian atas 'seorang Imam Muslim' [di dalam box 'culprit' di tengah-tengah mereka] dengan melibatkan apa yang mereka sebut sebagai 12 orang anggota ‘dewan juri. Maka, setelah mereka 'bersidang' selama 6 jam, 'dewan juri' itu pun memutuskan, bahwa Al Quran – na'udzubillah min dzalik – mengajarkan kekerasan. 


Oleh karena itu perlu dibakar. Walhasil, aksi tersebut menunjukkan bahwa mereka itu sebagai pelaku [pembakaran] yang sekaligus juga sebagai hakim? Begitulah, Sang Pendeta yang memang tak terpandang di negara Amerika Serikat itu; yang jumlah anggota gerejanya hanya beberapa ratus orang saja. Dia melakukan perbuatan buruk tersebut semata-mata demi publisitas murahan; dan media yang mau menyiarkannya pun demi untuk menambah sirkulasi penjualan mereka. Para pengamat [media] mengatakan: Meskipun ada beberapa gelintir media yang meliput aksi tersebut, namun tidak banyak menarik perhatian masyarakat luas. Sedangkan Dewan Penghubung Islam Amerika (Council on American-Islamic Relations) menolak untuk memberikan komentar dengan alasan tak hendak memberi publisitas lebih lanjut bagi sang pendeta yang sudah berupaya melakukannya selama 15 menit dalam aksinya tersebut.
Begitulah, berbagai macam perbuatan aniaya senantiasa mereka timpakan kepada Islam. Baik mereka itu melakukannya secara terbuka, maupun tertutup, tetap saja mencederai hati seorang mukmin yang haqiqi. Akan tetapi, reaksi terhadap mereka tidak harus berupa memberi hadiah berupa [penggalan] kepala si pelaku sebagaimana yang telah dilakukan oleh suatu pihak; atau melakukan berbagai macam unjuk rasa yang justru merusak citra negeri sendiri. Melainkan, cara yang benar adalah dengan menyajikan citra talim Al Quran Karim melalui lisan dan amal perbuatan yang baik, sehingga dunia sendiri yang akan mengutuk keras para pelaku tersebut.

Sedangkan salah satu contoh penghargaan kalangan intelektual non-Muslim terhadap mulianya ajaran Al Quran ada di dalam buku ‘History of the Intellectual Development of Europe’, yang ditulis oleh Prof.Dr.John William Draper [dari University of New York]. Ia mengatakan: 'Adalah konsep yang salah bila beranggapan bahwa kemajuan bangsa Arab (Islam) karena menggunakan kekerasan. Sebab, kekerasan sekali-kali tak akan dapat merubah keyakinan seseorang. Dan kitab Al Quran menyajikan ajaran yang sungguh obyektif [masuk di akal].'

Merujuk kepada ayat-ayat Al Quran yang telah saya tilawatkan di awal Khutbah tadi, Kitab Suci Al Quran Karim telah menggambarkan dengan jelas mengenai para penentang tersebut. Mereka itu tak ubahnya seperti kaum jahiliyah Arabia. Orang-orang semacam itu akan senantiasa ada di sekitar kita, yang karena kebenciannya kepada setiap segi Al Quran Karim, mereka pun terus menerus mengajukan berbagai keberatan. Alih-alih membuka mata, kebencian mereka itu membuat mereka menjadi semakin jauh dari keindahan ajaran Al Quran, sebagaimana telah dinyatakan oleh ayat ini: ‘....wa maa yaziiduhum illa nufuuraa, yakni, '…..Dan tidaklah menambah bagi mereka itu, kecuali kebencian saja.…’; Akan tetapi bagi orang mukmin, ialah: ‘…maa huwasyifaa'uw-warahmah..., yakni, Al Quran itu tiada lain adalah sebagai asy-syifa (penyembuh) dan rahmat karunia.…’. Sikap seseorang memang sesuai dengan sifat kepribadiannya, yang setengah daripadanya boleh jadi memiliki sifat berprasangka buruk. Oleh karena itu, sejak awal Al Quran menyatakan:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدىً لِلْمُتَّقِينَ
yang artinya, ‘…petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.’ (Q.S. 2 / Al Baqarah : 3).


Yakni, keindahan ajarannya jauh lebih hebat dibandingkan semua ajaran agama terdahulu, hanya akan terbukti bagi orang-orang yang memiliki jiwa Taqwa. Dan, akan memberi faedah petunjuk bagi orang yang memiliki rasa takut kepada Allah. Kita tidak khawatir, bahwa pelecehan mereka itu – na'udzubillah - akan membahayakan [isi] Al Quran. Sebab, Allah Taala sendiri yang telah menegaskan, bahwa tanggung jawab penjagaannya ada pada Diri-Nya. Dan ayat 83 dari Surah Bani Israil tersebut menyebutkan Al Quran Karim sebagai suatu ‘rahmah’, yakni sungguh senantiasa menyediakan rahmat karunia. Ayat tersebut pun terkait erat dengan ayat sebelumnya, yakni Al Quran adalah sebagai suatu kabar suka bagi kaum mukminin:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقاً
‘.....Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah lenyap…’(Q.S. 17 / Bani Israil : 82)
Oleh karena itu, kemuliaan derajat Al Quran Karim tidak dapat dipertahankan dengan memberikan hadiah berupa kepala seseorang [pelaku penistaan] ataupun dengan berbagai unjuk rasa yang salah. Melainkan, seorang mukmin haqiqi akan senantiasa membuktikan kemuliaan derajat Al Quran dengan cara mempraktekkan keindahan ajarannya. Manakala ajaran ini sudah terbukti faedahnya bagi seluruh dunia, maka taqdir Ilahi sebagai rahmat karunia bagi kaum mukminin dan asy-syifa atau balsam penyembuh bagi qalbu yang terluka pun terzahirkan. Keunggulan Al Quran Karim akan menjadi keunggulan kaum mukminin. Sebagai pengikut sejati Hadhrat Masih Mau'ud a.s., kita berprihatin hanya dikarenakan aksi kasar orang-orang tersebut. Tujuan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. diutus adalah untuk menyebarkan sekali lagi pesan tabligh Al Quran Karim ke seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Al Quran:

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ * هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ * وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
‘Menyanjung kepada Allah segala apa yang ada di seluruh langit dan segala apa yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. [] Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata; [] Dan, Dia akan membangkitkannya [lagi] pada kaum lain dari antara mereka, yang belum pernah bertemu dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.’ (Q.S. 62 / Al Jummah : 2-4).

Yakni, Tahap Pertama, Allah Taala mengutus Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw, yang dengan ajaran syariat ini berhasil mengadakan revolusi rohani pada dunia yang ketika itu sedang rusak berat. Beliau Saw mensucikan suatu kaum yang sangat jahiliyah, haus darah laksana hewan buas ketika memberikan reaksi terhadap ajaran mulia ini. Namun, dari suatu kaum pengumbar nafsu amarah hewani itu, mereka pun berubah menjadi kaum yang berakhlak, ber-nafs lawammah dan berilmu, lalu meningkat lagi menjadi insan-insan yang ber-nafs muthmainah. Dan untuk di akhir zaman ini, atas rahmat dan karunia Allah Taala, Dia pun mengutus seorang pecinta dan hamba sejati Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw, untuk sekali lagi membacakan Al Quran dan memberi hidayah hikmah petunjuk-Nya sehingga meneguhkan keimanan mereka. Beliau a.s. memberi kita kesadaran akan kemuliaan Kitabullah ini, dan menerangkan betapa besarnya asy-syifa atau daya penyembuh serta rahmat yang dikandung oleh Al Quran. Beliau pun mengingatkan kita mengenai berbagai mutiara yang tersembunyi di dalam ajaran Syariah terakhir ini. Begitulah keridhaan Allah Taala terhadap kaum mukminin, yang dizahirkan-Nya dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud [Mirza Ghulam Ahmad a.s.] sebagaimana telah dinubuatkan oleh Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw. Berikut ini adalah ikhtisar tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang menerangkan lebih lanjut mengenai perkara ini. Beliau menulis:

‘Pernyataan beberapa Pendeta Kristen yang mengatakan bahwa Al Quran tidak menyajikan sesuatu yang baru mengenai Tauhid Ilahi maupun Syariat yang tidak tercantum di dalam Kitab Taurat, adalah sama sekali keliru. Orang jahiliyah yang membaca Taurat boleh jadi terjebak dalam kekeliruan, bahwa hal itu sudah mengajarkan Tauhid, aturan beribadah, dan kewajiban terhadap sesama; yang oleh karena itu tak ada sesuatu yang baru di dalam Al Quran. Yakni, hanya orang yang tak mampu merenungkan Kalam Ilahi saja-lah yang terjebak dalam kesimpulan yang keliru seperti itu.
Padahal, ada sebagian besar ajaran Tuhan yang tidak terdapat di dalam kitab Taurat. Contohnya adalah tidak adanya mengenai Tahapan-tahapan halus dalam Tauhid Ilahi, yang di dalam Al Quran Karim diterangkan, bahwa Tauhid Ilahi bukan hanya berarti kita tidak boleh menyembah berbagai macam berhala, atau manusia, atau hewan, atau benda-benda langit, ataupun syaitan; melainkan, Tauhid Ilahi itu memiliki Tiga Tahapan.
    1. Tahap Pertama, adalah untuk kaum awam yang [sesederhana] hanya ingin mencari selamat dari azab Tuhan.
    2. Tahap Kedua, adalah bagi mereka yang mendambakan qurb, atau kedekatan Ilahi dibandingkan manusia pada umumnya.
    3. Tahap Ketiga, adalah bagi insan-insan yang khas, yang menginginkan kondisi qurb-Ilahinya tersebut senantiasa mendekati kesempurnaan.
Yakni, pada Tahap Pertama tersebut, tak boleh ada sesuatu pun yang disembah selain Allah. Tak boleh menyembah sesuatu yang fana dan bersifat makhluk [ciptaan], baik yang di bumi maupun di langit.

Tahap Kedua dalam kaitan Tauhid Ilahi ini adalah: Dalam urusan hubungan antar sesama, Allah Taala senantiasa menjadi andalan kekuatannya. Yakni, tak ada hal lain yang membuatnya menjadi musyrikin. Misalnya ia beranggapan: Jika tidak karena si-X, niscaya ia akan mendapat suatu musibah. Atau, jika tidak karena si-Y, orang itu sudah celaka. Kedua hal tersebut termasuk perbuatan syirik, karena menganggap si-X atau si-Y tersebut memiliki suatu kekuatan.

Tahapan Ketiga dari sikap ber-Tauhid Ilahi tersebut adalah menghilangkan segala corak egoisme demi untuk kecintaan dirinya kepada Allah Taala, dan menyerahkan dirinya hanya kepada Kebesaran Allah. Inilah konsep Tauhid Ilahi yang tidak akan dapat ditemui di dalam Taurat. Dan tak disebutkan pula kiat memperoleh najat (keselamatan) atau menghindari ancaman api neraka, kecuali hanya sedikit saja indikasi di sana-sini. Juga tak ada mengenai Sifat-sifat Allah yang sempurna di dalam Taurat. Lagi, apakah di dalam kitab Taurat ada semacam Surah Al Ikhlas sebagaimana yang ada di dalam Al Quran Karim ini:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ * اللَّهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ * وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ
yang artinya, ‘Katakanlah, ‘Dia itu Allah, Yang Maha Tunggal; Allah, yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya; Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan; Dan, tidak ada bagi-Nya sesuatu pun yang setara.’ (Q.S. 112 / Al Ikhlas : 2-5);

Seandainya ada, tentulah kaum Kristen tidak akan menyembah sesuatu makhluk. Kitab Taurat pun tidak mengajarkan kewajiban untuk memenuhi hak-hak orang lain yang bertingkat-tingkat sebagaimana Al Quran yang mengajarkannya dengan sempurna. Contohnya adalah:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
‘Sesungguhnya, Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan dan memberi kepada kaum kerabat seperti kepada saudara sendiri (Q.S. 16 / Al Nahl : 91).

Yakni, Allah Taala memerintahkan manusia agar berbuat adil, berbuat baik dan bermurah hati kepada sanak saudara dan kaum kerabat. Artinya, sikap simpati kita terhadap penderitaan sesama manusia haruslah berdasarkan tuntutan norma alamiah. Bukan atas dasar pamrih ataupun ingin dipuji. Melainkan, layaknya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kitab Taurat juga gagal untuk menunjukkan keberadaan Allah dan konsep Tauhid-Nya, serta berbagai Sifat-Nya yang sempurna berdasarkan akal sehat, yang Al Quran Karim menguraikan semua ajaran tersebut, sekaligus juga menekankan pentingnya keberlangsungan Wahyu Ilahi dan [pentingnya kesinambungan] risalah Kenabian, pun berdasarkan akal sehat. Pendek kata, Al Quran Karim menjelaskan segala sesuatu dengan cara yang ber-falsafah, sehingga memudahkan para pencahari kebenaran untuk memahami dan menghargainya. Bahkan uraiannya sedemikian istimewa yang sungguh di luar daya kemampuan manusia. Contohnya adalah mengenai dalil kepastian adanya Tuhan, yang tidak disebutkan oleh Taurat. Juga mengenai kuatnya alasan mengapa sekarang ini diperlukan Kitab Al Quran Karim. Ialah dikarenakan Kitab-kitab terdahulu, mulai dari Taurat hingga Injil hanya diperuntukkan bagi suatu kaum saja, yakni Bani Israil. Dinyatakan dengan kata-kata yang jelas, bahwa petunjuk yang di dalam kitab Taurat ersebut bukan untuk faedah seluruh umat manusia, melainkan hanya untuk kaum Bani Israil saja. Sebaliknya dengan Al Quran Karim, yang bertujuan untuk merubah seluruh dunia. Tidak ditujukan hanya untuk satu kaum saja, melainkan dinyatakan dengan tegas, bahwa Al Quran diwahyukan demi untuk memberi faedah kepada seluruh umat manusia. Yakni untuk inqillabi haqiqi tiap-tiap diri manusia.' [‘Kitabul Bariyyah’, Essence of Islam, Jilid I, hlm.468 – 471]

Itulah ringkasan pernyataan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengenai keunggulan Al Quran Karim. Maka kaum Ahmadi adalah orang-orang yang beruntung. Yakni, sungguh-sungguh beruntung apabila mereka senantiasa berusaha untuk menerapkan ajaran Al Quran dan memperlihatkan kepada dunia mengenai faedah nur ajaran ini, padamana mereka mengajukan berbagai keberatan. Hanya dengan cara demikianlah kita berhak untuk dimasukkan ke dalam Kaum Akhirin. Sebagaimana telah pernah saya sampaikan dalam salah satu Khutbah, Jamaat Jerman adalah contoh yang baik dalam menyelenggarakan berbagai Pameran [buku Jama’at] di berbagai macam tempat, termasuk gedung fasilitas gereja. Utamanya mengenai Pameran Al Quran, yang memberi dampak positif. Maka saya pun menghimbau agar Jama’at-jamaat lainnya di berbagai negara dapat menyelenggarakan Pameran serupa itu. Namun tidak dikerjakan. Seandainya Pameran semacam itu dapat diselenggarakan di Amerika Serikat, maka niscaya, media pers yang kini tengah tertarik untuk mengekspos tentang Islam, tentulah akan merujuk kepada kita dalam mengimbangi perbuatan sang Pendeta yang tak memiliki sikap toleransi tersebut. Jadi, meskipun Jamaat Amerika Serikat telah bekerja keras dalam penyebaran brosur 'Muslim for Peace'; menyelenggarakan berbagai Seminar dan pekerjaan Tabligh lainnya, namun Pameran [buku dan Al Quran] semacam itu belum dikerjakan sebagaimana mestinya. Tugas seorang mukmin yang haqiqi adalah senantiasa mengawasi setiap sektor. Media massa maupun masyarakat luas niscaya akan tertarik kepada Pameran itu apabila diselenggarakan di suatu Gedung sewaan, baik di Amerika Serikat maupun di berbagai negara lainnya. Disebabkan kesan negatif yang mereka peroleh mengenai masjid, setengah orang menjadi sungkan jika harus datang ke sana. Maka, sewa-lah suatu Gedung, lalu selenggarakan-lah Pameran di dalamnya, lengkap dengan berbagai macam poster maupun spanduk mengenai keindahan ajaran Al Quran, sekaligus dengan memamerkan beberapa Kitab Al Quran Karim dengan terjemahannya dalam berbagai bahasa, yang ditampilkan dengan baik. Disebabkan perhatian mereka terhadap Islam, sebagian reporter menuliskan laporannya dengan nada positif. Dan seringkali pula mereka melaporkan tentang Jama’at kita dengan akurat. Allah Taala Maha Mengetahui niat mereka di balik itu. Namun, kita perlu mengambil faedah daripadanya. Jika kita menyewa satu-dua stand lalu ikut serta dalam suatu Pameran besar, seringkali tidak diliput oleh media. Namun, jika kita menyelenggarakan suatu Pameran yang terpisah, tak dapat tidak, memberikan dampaknya yang positif.
Para penentang kita pun banyak bicara tentang Jihad dan ‘Qitaal’ (peperangan), tetapi mereka tidak menyebutkan kondisi syarat-syaratnya mengapa berperang diizinkan di dalam Islam. Jadi, ini adalah siasat Dajjal yang setiap saat ditebarkan oleh orang-orang tertentu untuk merusak Islam. Maka untuk itu sangat diperlukan suatu penawar racun yang khas. Yakni, diperlukan usaha keras yang berkesinambungan untuk menyajikan penawar racun tersebut; yang untuk itu hanya Jamaat Ahmadiyah saja-lah yang benar-benar mampu melakukannya.
Ikhtisar dari tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini mengajari kita mengenai hikmah ajaran Al Quran yang tidak diberikan penekanannya oleh Kitab terdahulu dalam hal [perang dan] kewajiban untuk berbuat adil, yakni:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
‘Allah tidak melarang kamu berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan yang tidak mengusir kamu dari rumah-rumahmu, untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.’(Q.S. 60 / Al Mumtahanah : 9).
Dinyatakan pula oleh Al Quran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
yang artinya, ‘Hai orang-orang yang beriman ! Hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.’ (Q.S. 5 / Al Maidah : 9).
Juga diperintahkan di dalam Al Quran:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً
yang artinya, ‘Dan, sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan tetangga yang sesanak-saudara; dan tetangga yang bukan kerabat, dan handai taulan, dan orang musafir, dan yang dimiliki oleh tangan kanan-mu. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang sombong, dan membanggakan diri.’ (Q.S. 4 / Al Nisa : 37).

Jadi, ayat 9 dari Surah Al Mumtahanah tersebut memerintahkan kita untuk bahkan berbuat baik kepada mereka yang tidak memusuhi. Lalu, ayat 9 dari Surah Al Maidah tersebut memerintahkan kita untuk berbuat adil dan berbuat baik bahkan terhadap mereka yang memusuhi. Dan jangan membalas perbuatan buruk mereka dengan keburukan. Kemudian ayat 37 dari Surah Al Nisa tersebut memerintahkan untuk berbuat baik kepada setiap orang; mulai dari orang tua hingga ke handai taulan, sehingga terciptalah kedamaian di dunia ini. Begitulah keindahan ajaran Islam yang menjamin akan adanya kedamaian hidup di dunia, yang justru bertentangan dengan aksi Sang Pendeta tak bertoleran itu. Maka, manakala kita menyaksikan adanya suatu reaksi yang salah terhadap Islam, Hadhrat Muhammad Rasulullah Saw dan Al Quran Karim, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengoreksi perilaku diri sendiri, lalu menyebar-luaskan syiar ajaran Islam ke seluruh dunia.

Selanjutnya, dengan ini saya sampaikan berita duka telah meninggal lagi seorang ulama sesepuh Jamaat dan hafiz Quran. Ulama dalam ilmu duniawi, utamanya pakar dalam bidang astronomy ini bernama Hafiz Saleh Muhammad Alladin sahib. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun ! Almarhum adalah juga Sadr Anjuman (atau Ketua PB) Jamaat Qadian selama empat tahun terakhir ini. Bergelar M.Sc di bidang Ilmu Fisika, kemudian Ph.D di bidang Fisika Astronomy dari suatu Universitas di Amerika Serikat. Banyak keahliannya, dan telah menerbitkan lebih dari 50 karya tulis yang oleh karena itu banyak menerima berbagai Piagam Penghargaan, namun tetap rendah hati. Kajian utama beliau adalah ilmu Dynamika Galaxi, dan Gerhana Bulan serta Gerhana Matahari. Penelitian yang beliau lakukan senantiasa diilhami olh ayat-ayat Al Quran Karim, yang beliau kerjakan dengan penuh kecerdasan. Beliau pun banyak menulis buku, sekaligus juga banyak berkhidmat kepada Jamaat di berbagai bidang. Setelah pensiun, beliau tinggal di Qadian. Beliau ini pun kuat habluminallah-nya. Istrinya mengatakan: Suatu hari di Airport Karachi, petugas Bea Cukai bertele-tele memeriksa barang-barang electronic penting beliau, yang mencemaskan diriku. Namun, beliau sendiri menghilang sejenak. Maka ketika kembali, aku pun bertanya kemana saja? Beliau menjawab: Melihat gelagat tersebut, aku pun cepat-cepat pergi ke mushala untuk Salat sunnat. Setelah itu aku pun mendapat firasat bahwa kita akan mendapatkan barang-barang milik kita itu. Ya begitulah, ketika beliau kembali, para petugas tersebut sudah mengembalikan barang-barang tersebut disertai dengan permintaan maaf. Sedangkan adk iparnya, Dr.Nusrat Jehan menuturkan: (almarhum adalah menantu Maulwi Abdul Malik Khan sahib). Ketika beliau berusia 36 tahun, Sheikh Yaqub Ali Irfani sahib (salah seorang sahabah Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang terkenal muttaqi itu) menyampaikan kepada beliau: 'Aku mendapat mimpi, tuan Hafiz duduk di kursi Hadhrat Khalifatul Masih Awwal (I) r.a.'Namun, beliau ketika itu hanya tersenyum dan berpendapat bahwa hal tersebut adalah suatu yang tak mungkin. Namun, lama kemudian, setelah wafatnya Sahibzada Mirza Wasim Ahmadi sahib, saya menunjuk tuan Hafiz ini sebagai Sadr Anjuman Jamaat Qadian. Ketika almarhum membaca buku ‘Tarikh Jamaat Ahmadiyah’, barulah beliau tersadar, bahwa Hadhrat Khalifatul Masih Awwal r.a. itu adalah orang pertama yang menduduki kursi jabatan Sadr Anjuman Jamaat Qadian. Tuan Alladin ini sangat lekat dengan Al Quran Karim, oleh karena itu berusaha belajar sendiri agar menjadi Hafiz. Sejak kecil suka masuk ke ruang basement (bawah tanah) di rumahnya untuk menghafal Al Quran. Melihat semangat beliau itu, orang tuanya pun mengusahakan seorang guru untuk membantu beliau [menghafal Quran]. Itaat sempurna dan sangat setia kepada Khilafat, serta memiliki hablum-minanas yang khas dengan para Darwys Qadian. Dawam salat Tahajjud, dan seringkali menjadi Imam salat Tahajjud pada saat Jalsah Salanah. Suatu kali, ketika beliau menghadiri suatu perhelatan Akad Nikah kerabat keluarga; atas pertimbangan kedudukan duniawi beliau, keluarga mempelai pun memohon beliau untuk menyampaikan Khutbah Nikah. Namun, beliau menolaknya dengan alasan sepanjang ada seorang Mubaligh, beliau tak berhak untuk melakukannya. Ba'da peneguhan kembali Ikrar Baiat terkait dengan Tasyakur Seabad Khilafat pada tahun 2008, ghairah semangat ber-Tabligh beliau pun meningkat drastis. Dan sejak itu beliau lekat dengan kegiatan tabligh, yang untuk itu, beliau pun membuat fasilitas e-mail khusus. Penelitiannya mengenai Gerhana Matahari dan Bulan terus berlanjut, yang setelah menjadi Sadr Anjuman Jamaat Qadian, beliau pun bekerja sama dengan seorang Mubaligh dengan memanfaatkan fasilitas computer. Beliau memang sangat berminat dalam mengamati fenomena peredaran Bintang-bintang dan Bulan. Tak pelak lagi, beliau ini memang salah seorang ‘Ulil Albab’ atau orang-orang yang berakal, sebagaimana yang dimaksud oleh ayat 191 di dalam Surah Al Imran (Inna fii khalqis-samaawaati wal ardh, wakhtilaafillaili wan-nahaari la-aayaatil-liulil albaab). Sedangkan kakek beliau adalah orang pertama di dalam keluarga besarnya yang menerima kebenaran Islam Ahmadiyah, setelah membaca buku 'Filsafat Ajaran Islam' [karya Hadhrat Masih Mau'ud a.s.]. Almarhum Hafiz Saleh sahib ini memiliki sifat rendah hati yang luar biasa. Anak laki-laki beliau mengisahkan: Suatu kali ketika sedang bepergian, beliau memakai baju berwarna merah. Ketika di Stasiun K.A Delhi, mengira bahwa beliau adalah seorang portir (buruh angkut barang), ada serombongan keluarga yang meminta beliau untuk mengangkatkan koper-koper mereka. Maklumlah, di India, portir memakai baju seragam merah. Serta merta beliau pun membantunya. Ketika keluarga tersebut mau membayarnya, beliau pun menolaknya: 'Aku bukan portir. Aku mau membantu tuan-tuan karena tuan meminta bantuanku.' Ketika beliau menjelaskan siapa beliau sebenarnya, keluarga itu pun menjadi tersipu-sipu malu. Pada tahun 2003, meskipun kurang sehat beliau datang juga ke Jalsah Salanah UK. Dan ketika fasilitas transport dan akomodasi kurang memadai, beliau sama sekali tidak mengeluh. Semoga Allah Taala memudahkan anak keturunan beliau untuk tetap memelihara kesinambungan amal shalih beliau. Dan semoga pula Allah Taala menjadi Penolong serta Pelindung mereka. Amin !
Salat jenazah gaib nanti, juga untuk almarhum Colonel (Purn) Muhammad Sayyid sahib yang tinggal di Canada dan meninggal dunia di dalam pesawat terbang ketika sedang menuju ke Pakistan. Di Jamaat Canada beliau berkhidmat sebagai mubaligh kehormatan di Vancouver dan Calgary. Juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral Jamaat Canada, Ketua Dewan Qadha, dan Sekretaris Wasiyyat. Beliau pun berkhidmat untuk majalah 'Ahmadiyya Gazette', dan Koordinator Waqfi Nau, serta anggota tim penterjemah Al Quran ke dalam Bahasa Perancis di Jamaat Quebec [Canada]. Ketika Hadhrat Khalifatul Masih IV rh.a mengumumkan proyek Buyutil Hamd [di Pakistan], beliau berjanji sebesar $ 100,000 atas nama seluruh keluarga. Namun, tak lama kemudian beliau hijrah ke Canada. Maka ketika pembangunan Masjid Baitul Salam dicanangkan, beliau pun menzahirkan perjanjian pengorbanannya tersebut. Beliau pun banyak menyumbang untuk penerbitan terjemah Al Quran Karim dalam dua bahasa yang berbeda. Semoga Allah Taala mengangkat derajat maqom rohani beliau. Dan semoga pula Allah Taala menjadi Penolong dan Pelindung bagi semua anak keturunan almarhum. Amin !
===========================

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar